Di bawah ada daftar dengan kolom dan profil perusahaan yang subyeknya berkaitan.

Berita Hari Ini US Dollar

  • Rupiah Melemah Melewati Level Rp 13.400 per Dollar

    Rupiah kembali menyentuh batasan psikologis Rp 13.400 per dollar Amerika Serikat (AS). Menurut Bloomberg Dollar Index, mata uang Indonesia telah melemah 0,22% menjadi Rp 13.405 per dollar AS pada pukul 11:22 WIB pada hari Kamis (23/07), sebuah level yang terakhir disentuh rupiah saat Indonesia masih kena dampak Krisis Finasial Asia pada tahun 1998. Melewati batasan psikologis ini bisa berarti bank sentral Indonesia (Bank Indonesia) akan kembali mengintervensi untuk mendukung rupiah dalam rangka melindungi kepercayaan terhadap rupiah.

    Lanjut baca ›

  • Update Rupiah Indonesia: Dekat dengan Rp 13.400 per Dollar AS

    Menurut Bloomberg Dollar Index, rupiah terus melemah pada hari Senin (20/07). Mata uang Indonesia melemah 0,31% menjadi Rp 13.395 per dollar Amerika Serikat (AS), level terlemahnya sejak 1998 waktu negara ini dilanda oleh Krisis Finansial Asia. Sementara itu, aktivitas Bank Indonesia masih terbatas sampai hari Rabu (22/07) karena libur umum (perayaan Idul Fitri), menyebabkan bank sentral untuk sementara tidak mempublikasikan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR).

    Lanjut baca ›

  • Saham Indonesia Meningkat karena Yunani; Rupiah Melemah karena Fed Hike

    Sejalan dengan tren global, saham Indonesia terus naik pada Selasa (14/07). Kebanyakan indeks-indeks saham (di seluruh dunia) terus bergerak dalam wilayah hijau setelah Yunani yang dibebani banyak hutang mencapai kesepakatan dengan kreditor internasionalnya - setelah pertemuan darurat selama 17 jam - untuk sebuah paket penghematan yang akan tetap mempertahankan Yunani di dalam zona euro. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah naik 0,60% menjadi 4.923,36 poin pada pukul 11:45 WIB pada hari Selasa.

    Lanjut baca ›

  • Indonesian Rupiah Depreciates Further, No Positive Sentiments Yet

    The Indonesian rupiah continued to set a new record-low in the post Asian Financial Crisis era. Based on the Bloomberg Dollar Index, the rupiah depreciated 0.07 percent to IDR 13,290 per US dollar on Friday (05/06), the weakest level since 1998. A number of factors are responsible for this weak performance. These include higher bond yields, US dollar demand due to dividend repatriation and debt repayment, Indonesia’s high inflation, uncertainty about the Greek debt crisis and looming higher US interest rates.

    Lanjut baca ›

  • Rupiah Indonesia Mendekati Tingkat Terendah Sejak Hampir 17 Tahun

    Karena nilai rupiah Indonesia terus melemah pada hari Kamis (04/06), hampir menyentuh tingkat terendah selama 17 tahun, seorang pejabat bank sentral mencoba meringankan kekuatiran dengan menyatakan bahwa Bank Indonesia selalu ada di di pasar forex dan obligasi untuk memonitor pergerakan dan meringankan volatilitas. Pada hari Kamis pagi, bond yield, yang telah meningkat sejak Jumat (29/05), pada 8,198%. Berdasarkan Bloomberg Dollar Index, rupiah telah melemah 0,11% menjadi Rp 13.245 pada pukul 11:10 WIB.

    Lanjut baca ›

  • Indonesian Stock Market & Rupiah Update - Morning Trade 3 June 2015

    In line with other stock indices in Southeast Asia, Indonesia’s benchmark stock index (Jakarta Composite Index) has been weakening since the start of trading on Wednesday (03/06). Yesterday’s weakening indices on Wall Street, concern about rising bond yields, worries about the possibility of a default by debt-ridden Greece, and weak macroeconomic data from Indonesia have all contributed to the negative performance of Indonesian stocks so far today. By 11:15 am local time, the Jakarta Composite Index had fallen 1.42 percent.

    Lanjut baca ›

  • Rupiah Down against US Dollar, Markets Wait for Bank Indonesia Meeting

    Indonesia’s rupiah continued to weaken on Monday’s trading day (18/05). The Indonesian rupiah had depreciated 0.22 percent to IDR 13,113 per US dollar by 12:08 pm based on the Bloomberg Dollar Index as market participants are waiting for results of the central bank’s Board of Governor’s Meeting, scheduled for Tuesday (19/05). At this meeting Indonesia’s central bank (Bank Indonesia) will discuss and determine its stance on the country’s interest rate environment. Currently, the key rate (BI rate) is set relatively high at 7.50 percent.

    Lanjut baca ›

  • Bullish Indonesian Rupiah after March Trade Surplus

    Over the past two days the Indonesian rupiah has performed strongly against the US dollar. The primary reason for this performance is Indonesia’s March trade surplus. On Wednesday (15/04), Statistics Indonesia announced that the country’s March trade surplus totaled USD $1.13 billion. This is Indonesia’s fourth straight monthly trade surplus and the highest one since December 2013. Moreover, the USD $1.13 billion March surplus was nearly twice the size that analysts had forecast previously.

    Lanjut baca ›

  • Bank Dunia Memotong Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2015

    Di dalam Update Perekonomian Asia Timur dan Pasifik dari Bank Dunia, dirilis hari Senin (13/04), institusi yang bermarkas di Washington ini merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5,2% pada basis year-on-year (y/y) di 2015, menurun dari 5,6% di Update Bank Dunia sebelumnya. Penyebab utama penurunan proyeksi ini adalah performa ekspor Indonesia yang tetap lemah karena lambatnya perekonomian dunia, termasuk lemahnya permintaan dari Republik Rakyat Tionghoa (mitra dagang terbesar Indonesia). Sementara itu, konsumsi domestik Indonesia dibatasi tingkat suku bunga yang tinggi.

    Lanjut baca ›

  • Laporan Bank Dunia: Update Ekonomi Asia Pasifik Timur Terbaru

    Di edisi terbaru dari Update Perekonomian Asia Pasifik Timur, dirilis pada hari Senin (13 April 2015), Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk negara-negara berkembang di Asia Timur & Republik Rakyat Tionghoa (RRT) menjadi 6,7% pada basis year-on-year (y/y) di 2015 dan 2016 dari asumsi awalnya yaitu pertumbuhan 6,9% (y/y) di 2015 dan 6,8% (y/y) di 2016. Alasan utama untuk menurunnya revisi adalah karena ketidakjelasan konteks perekonomian global, yang mencakup dampak dari ancaman kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) dan kenaikan nilai tukar dollar AS.

    Lanjut baca ›

Artikel Terbaru US Dollar

No business profiles with this tag